Monday, June 13, 2011

Kehangatan Terindah...Kenikmatan Beribadah~


Seorang pemuda belia terkutip dari Ibu 'Arabi dalam Futuhat Al-makkiyah, menemui gurunya dalam keadaan pucat lesi pada suatu pagi. "Wahai Guru," ujarnya, semalam aku mengkhatamkan Al-Quran dalam shalat malamku."

Sang guru tersenyum. "Bagus nak," ujarnya. "Dan malam nanti saat kau baca Al-Quran itu, rasakanlah seolah-olah aku sedang menyimak apa yang engkau baca."

Esok harinya, sang murid datang dan melapor pada gurunya. "Ya ustadz," katanya, "Semalam aku hanya sanggup menghabiskan separuh dari Al-Quran itu."

"Engkau sungguh telah berbuat baik," sang guru menepuk pundaknya. "Nanti malam lakukan lagi dan kali ini hadirkanlah wajah para sahabat Nabi yang telah mendengar Al-Quran dari Nabi secara langsung. Bayangkanlah baik-baik bahawa mereka sedang mendengarkan dan menyimak bacaaanmu."

Pagi-pagi sang murid sudah menghadap dan mengadu. "Duh guru," keluhnya, "Semalam bahkan hanya sepertiga Al-Quran yang dapat kulafalkan."

"Alhamdulillah engkau telah berbuat baik," kata sang guru sambil mengelus kepala si pemuda. "Nanti malam bacalah Al-Quran dengan lebih baik lagi, sebab yang akan hadir di hadapanmu untuk menyimak adalah Rasulullah saw sendiri. Orang yang kepadanya Al-Quran diturunkan."

Seusai solat subuh, sang guru bertanya, "Bagaimana solatmu semalam?"

Aku hanya mampu membaca 1 juz guru," kata si pemuda sambil mendesah, "Itu pun dengan susah payah."

"Masyaallah," kata gru sambil memeluk sang murid dengan bangga, "Teruskan  kebaikan itu, nak. dan nanti malam tolong hadirkan Allah Azza wa jalla di hadapanmu. Sungguh, selama ini pun sebenarnya Allah lah yang telah mendengarkan bacaanmu. Allah yang telah menurunkan Al-Quran. Dia selalu hadir di dekatmu. Jikapun engkau tidak melihatnya, Dia pasti melihatmu. Ingat baik-baik. Hadirkan Allah, kerana dia mendengar dan menjawab apa yang kau baca!"

Keesokan harinya, ternayata pemuda itu jatuh sakit. sang guru pun datang menjenguknya. "Ada apa denganmu?" tanya sang guru.

Sang pemuda berlinang air mata. "Demi Allah, wahai guru," ujarnya, "Semalam ku tak mampu menyelesaikan bacaanku. Hatta cuma Al-Fatihah pun tak sanggup aku menamatkannya. Ketika sampai pada ayat, "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin" lidahku kelu. Aku merasa aku sedang berdusta. Di mulut aku ucapkan "KepadaMu ya Allah aku menyembah", tapi jauh di dalam hatiku aku tahu bahawa aku sering memperhatikan yang selain Dia. Ayat itu tak mau keluar dari lisanku. Aku menangis dan tetap saja tak mampu menyelesaikannya."

"Nak...," kata sang guru sambil berlinang air mata, "Mulai hari ini engkaulah guruku. Dan sungguh aku ini muridmu. Ajarkan padaku apa yang telah kau peroleh. Sebab meski aku membimbingmu di jalan itu, aku sendiri belum pernah samapai pada puncak pemahaman yang kau dapat di hari ini."



Petikan dari buku: Dalam Dekapan Ukhuwah tulisan Salim A.Fillah

Sungguh cerita di dalam buku ini lebih memahamkan diriku tentang konsep muraqabatullah (merasakan pengawasan Allah) yang baru sahaja aku dan sahabat yang lain berbincang di dalam usrah minggu lepas. Muraqabatullah seharusnya melahirkan rasa taqwa (takut) kepada Allah dan menggiring diri kita untuk selalu bermuhasabah tentang nilai iman dan ibadah kepada Allah swt. Wallahu a'lam

No comments:

Post a Comment